Rabu, 18 Juni 2014

Leadership (Kepemimpinan)



Berada dipuncak pimpinan, mungkin terlihat suatu yang membanggakan dan sangat menggiurkan untuk menjadi orang nomor satu. Tapi apakah sesuatu yang membanggakan seperti itu harus dikejar dengan semua usaha yang menggunakan otak untuk membangun proses dan menciptakan kesempatan untuk membawa diri kepuncak pimpinan? Kepemimpinan yang dimulai dengan kepala menurut saya hanyalah seorang pemimpin gadungan. Ketika kekuasaan dan kekuatan uang memasuki pikiran, kedua hal itulah yang diandalkan untuk membawa diri menjadi seorang pemimpin. Dan akhirnya memimpin karena posisinya bukan karena kemampuan dirinya untuk memimpin.

Kepemimpinan sangat erat dengan pengaruh. Pengaruh yang positif sehingga anak buah (masyarakat) mengikuti dan mau dipimpin. Tapi seorang pemimpin gadungan akan mengandalkan uang dan membayar orang supaya mengikutinya. Pemimpin gadungan menggunakan kekuasaannya untuk menekan orang lain supaya mengikutinya. Semua orang yang berada dibawah pemimpin seperti ini akan tertekan dan hilang kreatifitasnya.

Pemimpin harus memiliki integritas. Integritas adalah suatu prinsip yang didasarkan atas karakter, etika, agama, moral yang baik yang menyatakan siapa dia. Karena dia akan menyelaraskan itu melalui cara berpikir, berbicara, bersikap, bertindak dan mengambil keputusan (konsisten). Seseorang yang punya integritas memiliki kehidupan yang terintegrasi.

Seorang pemimpin perlu diperhatikan kehidupannya. Apakah dia mampu memimpin keluarganya, karena itu akan menunjukkan kemampuannya memimpin komunitas yang lebih besar. Kita sudah memiliki pemimpin sebelumnya untuk dievaluasi, bagaimana dia memimpin keluarga.

Selain mampu memimpin keluarga, pemimpin juga harus mampu memimpin diri sendiri. Mampu memimpin diri sendiri dalam memberi pendapat dengan sopan dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Kalau diri sendiri tidak bisa dikendalikan, bagaimanakah orang tersebut bisa memimpin satu daerah? Kaisar Nero membakar kota Roma adalah contoh yang diakibatkan pemimpin yang tidak mampu menguasai diri.

Pemimpin yang berintegritas sangat diperlukan karena dia merupakan pribadi yang bisa dipercaya. Sehingga Visinya bukan sesuatu mimpi saja, tetapi menjadi visi semua masyarakat dan bersama-sama kita akan meraih visi itu dibawah kepemimpinannya. Kualitas penting yang perlu diperhatikan pada setiap calon pemimpin adalah, pengaruh, karakter, keahliannya tentang manusia, semangatnya, dan kecerdasan. Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan mental yang diperlukan untuk memproses banyak informasi, menyaringnya, mempertimbangkan semua pilihan, dan membuat keputusan yang benar.

Kepemimpinan yang dimulai dengan hati untuk kebaikan dan kemajuan akan lebih berpengaruh. Karena segala sesuatu yang dilakukan dengan hati yang tulus akan menyentuh hati.

Budaya Kreatif Indonesia (Kreativitas Seniman Berlandaskan Budaya)



Kesenian merupakan produk budaya suatu bangsa, semakin tinggi nilai kesenian satu bangsa maka semakin tinggi nilai budaya yang terkandung didalamnya. Kesenian sebagai salah satu bagian penting dari kebudayaan tidak pernah lepas dari masyarakat, sebab kesenian merupakan sarana untuk mewujudkan segala bentuk ungkapan kreatifitas manusia.

Ensiklopedia Indonesia “seni merupakan penciptaan dari segala macam hal atau benda yang karena keindahan bentuknya senang orang melihat dan senang mendengarnya” (Soedarso Sp, 2006: 66).
Pendapat di atas menjelaskan bahwa seni adalah ungkapan batin manusia berupa ide/gagasan yang diwujudkan dalam sebuah karya. Bentuknya baik dalam wujud rupa, suara maupun wujud gerak. Seni juga suatu wujud benda yang memiliki nilai keindahan di dalamya baik penglihatan maupun pendengaran. Jadi, seorang seniman dalam melahirkan karya seni harus mampu melahirkan nilai keindahan dalam karyanya.

Seni sangat erat hubungannya dengan kreatifitas, dalam menciptakan suatu karya seniman dituntut memiliki kreatifitas agar karya yang dilahirkan berkualitas. Berkualitas adalah karya seni yang kreatif, inovatif dan tidak pernah diwujudkan sebelumnya dan dapat diterima oleh masyarakat. Kreatifitas merupakan kegiatan mental yang sangat individual, merupakan manifestasi kebiasaan manusia sebagai individu. Manusia yang kreatif adalah manusaia yang menghayati dan menjalankan kebebasan dirinya secara mutlak. Orang yang kreatif selalu dalam kondisi kacau, ricuh, kritis, gawat, mencari-cari, mencoba menemukan sesuatu yang pernah dari tanan budaya yang pernah dipelajarinya (Jakob Sumardjo, 2000: 80).

Kebudayaan adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa dan rasa. Kata budaya berasal dari bahasa Sangsekerta yaitu budhayah-buddhi (budi/akal). Dalam bahasa Inggris culture, belanda cultur, bahasa latin colera (mengolah, mengerjakan, mengembangkan tanah).
Kreatifitas, seni serta kebudayaan saling berkaitan dan berhubungan. Walaupun kreativitas bertolak belakang dengan kebudayaan, dalam proses penciptaan karya seni kebudayaan dapat dijadikan sebagai ide/gagasan dalam berkreatifitas mewujudkan karya. Terutama seniman di kalangan akademis  seperti mahasiswa jurusan seni, budaya dijadikan sebagai ide dalam perwujudan karya seni. Melalui budaya seniman berkreatifitas akan melahirkan karya yang lebih tinggi nilainya. Karena karya tersebut akan menggambarkan realitas sosial, tradisi, adat istiadat dan sistem pemerintahan suatu daerah.


Berdasarkan pendapat di atas menurut Herman Von Helmholtz (dalam Winardi dalam Bastomi 1990) proses kreasi melalui tiga tahapan, yaitu : 

Pertama, tahap saturation yaitu pengumpulan fakta-fakta, data-data serta sensasi-sansasi yang digunakan oleh alam pikiran sebagai bahan landasan untuk melahirkan ide-ide baru. Hal ini, semakin banyak pengalaman atau informasi yang dimiliki oleh seniman mengenai masalah atau tema yang digarapnya semakin memudahkan dan melancarkan dirinya dalam proses menciptakan karya seni.

Kedua, tahap incubation yaitu tahap pengendapan. Semua data informasi serta pengalaman-pengalaman yang telah terkumpul kemudian diolah dan diperkaya dengan masukan-masukan dari alam prasadar seperti intuisi, di sinilah seniman berimajinasi tinggi untuk mendapatkan karya yang baru.

Ketiga, tahap illumination, merupakan tahap terakhir dalam kreasi, apabila informasi dan pengalaman sudah lengkap, penyusunan sempurna. Maka tahap ini mengekpresikan wujud karya seni yang diinginkan.

Jadi proses kretifitas dalam melahirkan karya seni tidak selamanya harus melahirkan sesuatu yang belum ada. Aka tetapi kreatifitas menuntut seniman menciptkan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Pada dasarnya karya seni berangkat dari realitas sosial. Begitu juga dengan kreatifitas seniman dalam berkarya, mewujudkan karya berangkat dari realita, lingkungan, budaya yang telah dialami akan tetapi dalam kreasi yang baru. Kreasi yang baru merupakan proses kreatif seniman dalam mencari ide dan mewujudkan karya seni.

 Budaya Sebagai Ide Kreatifitas Seniman Berkarya
             Seni sebagai ungkapan kreativitas manusia akan tumbuh dan hidup apabila masyarakat masih memilihara dan mengembangkannya sampai lahirnya budaya baru dari kesenian tersebut. Seni sebagi produk budaya yang selalu berhadapan dengan masyarakat, karena kesenian selalu memberikan pesan atau amanat tentang kehidupan. Sehingga karya seni yang diciptakan mampu berkomunikasi dengan penikmatnya.
            Karya seni yang dapat berkomunikasi dengan penikmatnya adalah karya seni yang memilki nilai mencakup keseluran kehidupan manusia. Hal tersebut terdapat pada kebudayaan seperti dijelaskan di atas hubungan manusia dan kebudayaan. Kesenian itu sendiri kreativitas manusia yang tidak pernah terlepas dari konteks budaya. Jadi, proses kreatif dalam karya seni dalam konteks budaya akan lebih mudah dinikmati oleh masyarakat dibandingkan dengan konteks lainnya.

Secara psikologis ada sepuluh pendorong kreatifitas seniman dalam menciptakan karya seni
  1. Naluri: merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk melalukan sesuatu. Seniman dalam dirinya melahirkan kreasi-kreasi baru merupakan salah satu dari dorongan nalurinya.
  2. Ego: yaitu suatua usaha untuk melakukan suatu kegiatan sebab adanya dorongan dari naluri. Berusaha dengan sekuat tenaga seorang seniman untuk mewujudkan karya yang sesuai dengan konsep yang diingikan merupakan bagian dari dorongan ego terhadap diri individu.
  3. Penguatan: yaitu suatu pengokohan berupa dorongan yang kuat baik datangnya dari luar maupun dari diri sendiri. Ketika seorag seniman berkarya, kemudian karyanya mendapat pujian atau pemberian hadiah. Pujian dan hadiah tersebut akan memotivasi seniman untuk mengulangi kegiatan itu lagi. Itulah yang dikatkan sebagai penguat berdasarkan kebaiakan. Begitu juga sebaliknya, apabila mendapat kritikan terhadapa karya. Seniman akan berusaha untuk untuk lebih baik lagi dalam berkarya.
  4. Berpikir tidak biasa: merupkan suatu pola pikir di luar kebiasaan. Cara berpikir tidak biasa memiliki tiga karakteristik, yaitu : Fluency (Kelancaran mencari ide) Flexibility (Kelenturan dalam proses) Originality ( menampilkan keaslian karya) .
  5. Kecerdasan: merupakan kemampuan untuk mengolah pikiran, emosional dan kecakapan. Seniman yang cerdas akan berusaha melahirkan ide-ide yang lebih baik dan dapat diterima oleh orang lain.
  6. Penemuan masalah: merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah dalam segala kesulitan. Kesulitan yang biasanya dihadapi seniman adalah dalam proses perwujudan karya, seniman yang kreatif tidak pernah buntu dengan ide-ide.
  7. Bakat: merupakan kemampuan individu melakukan tugas atas dorongan dirinya. Orang yang berbakat akan lebih mudah mendapat ide untuk melahirkan suatu karya.
  8. Proses berpikir kreatif: merupakan suatua usaha seniman untuk menciptakan suatu ide dan karya yang baru dan belum pernah ada yang serupa dengannya.
  9. Pengeraman tidak sadar: yaitu kemampuan yang mendorong seniman untuk berkarya dalam keadaan di alam bawa sadar.
  10. Pengeraman sadar : kemampuan yang mendorong seniman untuk berkaraya dalam keadaan sadar.