Rabu, 18 Juni 2014

Leadership (Kepemimpinan)



Berada dipuncak pimpinan, mungkin terlihat suatu yang membanggakan dan sangat menggiurkan untuk menjadi orang nomor satu. Tapi apakah sesuatu yang membanggakan seperti itu harus dikejar dengan semua usaha yang menggunakan otak untuk membangun proses dan menciptakan kesempatan untuk membawa diri kepuncak pimpinan? Kepemimpinan yang dimulai dengan kepala menurut saya hanyalah seorang pemimpin gadungan. Ketika kekuasaan dan kekuatan uang memasuki pikiran, kedua hal itulah yang diandalkan untuk membawa diri menjadi seorang pemimpin. Dan akhirnya memimpin karena posisinya bukan karena kemampuan dirinya untuk memimpin.

Kepemimpinan sangat erat dengan pengaruh. Pengaruh yang positif sehingga anak buah (masyarakat) mengikuti dan mau dipimpin. Tapi seorang pemimpin gadungan akan mengandalkan uang dan membayar orang supaya mengikutinya. Pemimpin gadungan menggunakan kekuasaannya untuk menekan orang lain supaya mengikutinya. Semua orang yang berada dibawah pemimpin seperti ini akan tertekan dan hilang kreatifitasnya.

Pemimpin harus memiliki integritas. Integritas adalah suatu prinsip yang didasarkan atas karakter, etika, agama, moral yang baik yang menyatakan siapa dia. Karena dia akan menyelaraskan itu melalui cara berpikir, berbicara, bersikap, bertindak dan mengambil keputusan (konsisten). Seseorang yang punya integritas memiliki kehidupan yang terintegrasi.

Seorang pemimpin perlu diperhatikan kehidupannya. Apakah dia mampu memimpin keluarganya, karena itu akan menunjukkan kemampuannya memimpin komunitas yang lebih besar. Kita sudah memiliki pemimpin sebelumnya untuk dievaluasi, bagaimana dia memimpin keluarga.

Selain mampu memimpin keluarga, pemimpin juga harus mampu memimpin diri sendiri. Mampu memimpin diri sendiri dalam memberi pendapat dengan sopan dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Kalau diri sendiri tidak bisa dikendalikan, bagaimanakah orang tersebut bisa memimpin satu daerah? Kaisar Nero membakar kota Roma adalah contoh yang diakibatkan pemimpin yang tidak mampu menguasai diri.

Pemimpin yang berintegritas sangat diperlukan karena dia merupakan pribadi yang bisa dipercaya. Sehingga Visinya bukan sesuatu mimpi saja, tetapi menjadi visi semua masyarakat dan bersama-sama kita akan meraih visi itu dibawah kepemimpinannya. Kualitas penting yang perlu diperhatikan pada setiap calon pemimpin adalah, pengaruh, karakter, keahliannya tentang manusia, semangatnya, dan kecerdasan. Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan mental yang diperlukan untuk memproses banyak informasi, menyaringnya, mempertimbangkan semua pilihan, dan membuat keputusan yang benar.

Kepemimpinan yang dimulai dengan hati untuk kebaikan dan kemajuan akan lebih berpengaruh. Karena segala sesuatu yang dilakukan dengan hati yang tulus akan menyentuh hati.

Budaya Kreatif Indonesia (Kreativitas Seniman Berlandaskan Budaya)



Kesenian merupakan produk budaya suatu bangsa, semakin tinggi nilai kesenian satu bangsa maka semakin tinggi nilai budaya yang terkandung didalamnya. Kesenian sebagai salah satu bagian penting dari kebudayaan tidak pernah lepas dari masyarakat, sebab kesenian merupakan sarana untuk mewujudkan segala bentuk ungkapan kreatifitas manusia.

Ensiklopedia Indonesia “seni merupakan penciptaan dari segala macam hal atau benda yang karena keindahan bentuknya senang orang melihat dan senang mendengarnya” (Soedarso Sp, 2006: 66).
Pendapat di atas menjelaskan bahwa seni adalah ungkapan batin manusia berupa ide/gagasan yang diwujudkan dalam sebuah karya. Bentuknya baik dalam wujud rupa, suara maupun wujud gerak. Seni juga suatu wujud benda yang memiliki nilai keindahan di dalamya baik penglihatan maupun pendengaran. Jadi, seorang seniman dalam melahirkan karya seni harus mampu melahirkan nilai keindahan dalam karyanya.

Seni sangat erat hubungannya dengan kreatifitas, dalam menciptakan suatu karya seniman dituntut memiliki kreatifitas agar karya yang dilahirkan berkualitas. Berkualitas adalah karya seni yang kreatif, inovatif dan tidak pernah diwujudkan sebelumnya dan dapat diterima oleh masyarakat. Kreatifitas merupakan kegiatan mental yang sangat individual, merupakan manifestasi kebiasaan manusia sebagai individu. Manusia yang kreatif adalah manusaia yang menghayati dan menjalankan kebebasan dirinya secara mutlak. Orang yang kreatif selalu dalam kondisi kacau, ricuh, kritis, gawat, mencari-cari, mencoba menemukan sesuatu yang pernah dari tanan budaya yang pernah dipelajarinya (Jakob Sumardjo, 2000: 80).

Kebudayaan adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa dan rasa. Kata budaya berasal dari bahasa Sangsekerta yaitu budhayah-buddhi (budi/akal). Dalam bahasa Inggris culture, belanda cultur, bahasa latin colera (mengolah, mengerjakan, mengembangkan tanah).
Kreatifitas, seni serta kebudayaan saling berkaitan dan berhubungan. Walaupun kreativitas bertolak belakang dengan kebudayaan, dalam proses penciptaan karya seni kebudayaan dapat dijadikan sebagai ide/gagasan dalam berkreatifitas mewujudkan karya. Terutama seniman di kalangan akademis  seperti mahasiswa jurusan seni, budaya dijadikan sebagai ide dalam perwujudan karya seni. Melalui budaya seniman berkreatifitas akan melahirkan karya yang lebih tinggi nilainya. Karena karya tersebut akan menggambarkan realitas sosial, tradisi, adat istiadat dan sistem pemerintahan suatu daerah.


Berdasarkan pendapat di atas menurut Herman Von Helmholtz (dalam Winardi dalam Bastomi 1990) proses kreasi melalui tiga tahapan, yaitu : 

Pertama, tahap saturation yaitu pengumpulan fakta-fakta, data-data serta sensasi-sansasi yang digunakan oleh alam pikiran sebagai bahan landasan untuk melahirkan ide-ide baru. Hal ini, semakin banyak pengalaman atau informasi yang dimiliki oleh seniman mengenai masalah atau tema yang digarapnya semakin memudahkan dan melancarkan dirinya dalam proses menciptakan karya seni.

Kedua, tahap incubation yaitu tahap pengendapan. Semua data informasi serta pengalaman-pengalaman yang telah terkumpul kemudian diolah dan diperkaya dengan masukan-masukan dari alam prasadar seperti intuisi, di sinilah seniman berimajinasi tinggi untuk mendapatkan karya yang baru.

Ketiga, tahap illumination, merupakan tahap terakhir dalam kreasi, apabila informasi dan pengalaman sudah lengkap, penyusunan sempurna. Maka tahap ini mengekpresikan wujud karya seni yang diinginkan.

Jadi proses kretifitas dalam melahirkan karya seni tidak selamanya harus melahirkan sesuatu yang belum ada. Aka tetapi kreatifitas menuntut seniman menciptkan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Pada dasarnya karya seni berangkat dari realitas sosial. Begitu juga dengan kreatifitas seniman dalam berkarya, mewujudkan karya berangkat dari realita, lingkungan, budaya yang telah dialami akan tetapi dalam kreasi yang baru. Kreasi yang baru merupakan proses kreatif seniman dalam mencari ide dan mewujudkan karya seni.

 Budaya Sebagai Ide Kreatifitas Seniman Berkarya
             Seni sebagai ungkapan kreativitas manusia akan tumbuh dan hidup apabila masyarakat masih memilihara dan mengembangkannya sampai lahirnya budaya baru dari kesenian tersebut. Seni sebagi produk budaya yang selalu berhadapan dengan masyarakat, karena kesenian selalu memberikan pesan atau amanat tentang kehidupan. Sehingga karya seni yang diciptakan mampu berkomunikasi dengan penikmatnya.
            Karya seni yang dapat berkomunikasi dengan penikmatnya adalah karya seni yang memilki nilai mencakup keseluran kehidupan manusia. Hal tersebut terdapat pada kebudayaan seperti dijelaskan di atas hubungan manusia dan kebudayaan. Kesenian itu sendiri kreativitas manusia yang tidak pernah terlepas dari konteks budaya. Jadi, proses kreatif dalam karya seni dalam konteks budaya akan lebih mudah dinikmati oleh masyarakat dibandingkan dengan konteks lainnya.

Secara psikologis ada sepuluh pendorong kreatifitas seniman dalam menciptakan karya seni
  1. Naluri: merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk melalukan sesuatu. Seniman dalam dirinya melahirkan kreasi-kreasi baru merupakan salah satu dari dorongan nalurinya.
  2. Ego: yaitu suatua usaha untuk melakukan suatu kegiatan sebab adanya dorongan dari naluri. Berusaha dengan sekuat tenaga seorang seniman untuk mewujudkan karya yang sesuai dengan konsep yang diingikan merupakan bagian dari dorongan ego terhadap diri individu.
  3. Penguatan: yaitu suatu pengokohan berupa dorongan yang kuat baik datangnya dari luar maupun dari diri sendiri. Ketika seorag seniman berkarya, kemudian karyanya mendapat pujian atau pemberian hadiah. Pujian dan hadiah tersebut akan memotivasi seniman untuk mengulangi kegiatan itu lagi. Itulah yang dikatkan sebagai penguat berdasarkan kebaiakan. Begitu juga sebaliknya, apabila mendapat kritikan terhadapa karya. Seniman akan berusaha untuk untuk lebih baik lagi dalam berkarya.
  4. Berpikir tidak biasa: merupkan suatu pola pikir di luar kebiasaan. Cara berpikir tidak biasa memiliki tiga karakteristik, yaitu : Fluency (Kelancaran mencari ide) Flexibility (Kelenturan dalam proses) Originality ( menampilkan keaslian karya) .
  5. Kecerdasan: merupakan kemampuan untuk mengolah pikiran, emosional dan kecakapan. Seniman yang cerdas akan berusaha melahirkan ide-ide yang lebih baik dan dapat diterima oleh orang lain.
  6. Penemuan masalah: merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah dalam segala kesulitan. Kesulitan yang biasanya dihadapi seniman adalah dalam proses perwujudan karya, seniman yang kreatif tidak pernah buntu dengan ide-ide.
  7. Bakat: merupakan kemampuan individu melakukan tugas atas dorongan dirinya. Orang yang berbakat akan lebih mudah mendapat ide untuk melahirkan suatu karya.
  8. Proses berpikir kreatif: merupakan suatua usaha seniman untuk menciptakan suatu ide dan karya yang baru dan belum pernah ada yang serupa dengannya.
  9. Pengeraman tidak sadar: yaitu kemampuan yang mendorong seniman untuk berkarya dalam keadaan di alam bawa sadar.
  10. Pengeraman sadar : kemampuan yang mendorong seniman untuk berkaraya dalam keadaan sadar.

Senin, 07 April 2014

Mendampingi Anak dalam Memaknai Menang atau Kalah



Hari ini saya menerima kedatangan orang tua murid saya,

Ibu ini bertutur, “Bu, anak saya kemarin nangis seharian, karena dari hasil UTS-nya dia tidak ranking 1! Tolong ya Bu, nanti ibu ngobrol sama dia! Kemarin sih sudah saya beritahu, tidak apa-apa meskipun tidak ranking 1! Tapi sepertinya kok tidak bisa terima!”

Lalu saya balik bertanya ke ibu itu,“Kalau ibu sendiri, gimana?”
Lalu dijawabnya,” Ya, sayang sih Bu sebetulnya! Nilai yang kurang itu hanya penjaskes, lainnya bagus-bagus!”

Dari cuplikan pembicaraan kami , saya jadi teringat pada seorang psikolog yang pernah saya undang ke lembaga bimbingan belajar saya untuk memberikan tes psikologis pada murid-murid. Dia bilang, “Anak-anak perlu disiapkan untuk menyikapi kegagalan!” Pada kasus murid saya di atas, anak ini sekarang ada di kelas 3 SD. Sejak kelas 1 selalu ranking 1. Dia menjadi ranking 1, selain pintar juga ada motivasi dari orang tuanya sehingga si anak berambisi jadi juara. Mental juara tertanam dalam dirinya.

Kemarin hasil UTS-nya diluar dugaan, mentalnya langsung down. Dia menangis karena sedih dan malu atas kekalahannya, bukan sesuai dengan harapannya. Menerima kekalahan ini menjadi lebih sulit daripada dia harus belajar keras. Mengapa murid saya begitu? Karena makna menang dan kalah masih belum dipahami secara baik, apalagi belum pernah terkalahkan. Kemenangan dan kekalahan adalah dua hal yang bisa terjadi kapan saja. Ada kalanya memang bisa diprediksi, tetapi juga tidak menutup kemungkinan yang lain. Jangankan anak-anak, kekalahan juga membuat orang dewasa pun bisa terpukul, bukan!

Dampak kemenangan bagi anak:
Kemungkinan sikap-sikap positif yang muncul seperti : percaya diri, makin rajin belajar / berlatih, dapat mematok target yang ingin dicapai, makin terpacu untuk mengikuti berbagai kompetisi.
Kemungkinan sikap-sikap negatif yang muncul : menjadi sombong, meremehkan orang lain, merasa diri lebih hebat sehingga kurang mau mengakui kemampuan pihak lain, bahkan sebagian membatasi pergaulannya.

Dampak kekalahan bagi anak :
Kemungkinan sikap-sikap positif yang muncul : menjadi pribadi yang sportif dan mengakui keunggulan pihak lain, dapat mengevaluasi diri atas kegagalannya,  sanggup menghadapi kenyataan yang tidak diharapkan, berbenah diri atas dasar pengalamannya dari sebuah kegagalan, mampu mengukur kemampuannya dan ingin menebus kekalahannya.
Kemungkinan sikap-sikap negatif yang muncul : Hatinya terluka dan merasa malu , menyalahkan diri sendiri, menyalahkan orang-orang di sekitarnya dan tidak bisa legawa dengan keberhasilan pihak lain.  Larut dalam kesedihan dan merasa tidak mampu lagi, jadi enggan berkompetisi karena takut kalah, menunjukkan sikap-sikap negatif kepada pihak lain yang menang, bahkan bisa berupa serangan fisik ataupun ucapan yang menyakiti.

Bagaimana cara orang tua mendampingi ?
Kemenangan dan kekalahan adalah bagian proses menjalani kehidupan, sangat baik jika sejak kecil anak-anak pernah mengalaminya. Justru hal itu tak perlu dikaburkan seperti dalam bentuk penghapusan sistem peringkat di sekolah.  Karena dengan adanya peringkat, anak menjadi paham saat ini dia berada di posisi mana dalam komunitasnya. Dia menjadi tahu apa yang harus dipertahankan, ditingkatkan dan dperbaiki dalam dirinya. Fakta buruk atau baik harus diterima sebagai kenyataan bukan dihindari. Atas dasar itu pulalah orang tua dapat dengan lebih mudah memberikan pengarahan kepada anak ataupun membuat kebijakan yang sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.

Sebuah kemenangan layak disyukuri dan dirayakan, tetapi kekalahan juga perlu disikapi secara benar dan tidak berlebihan. Orang tua sebagai sosok penting dalam pembentukan karakter dan peletakan nilai-nilai  dalam diri anak selayaknya mendampingi anak dalam memaknai menang atau kalah secara benar.

Bentuk-bentuk pendampingan yang selayaknya DIHINDARI orang tua:
  1. Mematok anak untuk selalu menjadi pemenang, sehingga ada tekanan apabila anak kalah.
  2. Terlalu membangga-banggakan anak secara berlebihan, sehingga ada beban apabila ucapan orang tua tak dapat dibuktikannya.
  3. Menyalahkan dan membanding-bandingkan anak di saat dia kalah.
  4. Acuh tak acuh atas kemenangan ataupun kekalahan yang dialami anak.
  5. Memberi pembelaan kepada anak di saat kalah sebagai usaha-usaha untuk membentuk opini kemenangan dengan cara-cara yang tak wajar.
  6. Mengeluarkan pernyataan negatif kepada pihak lain yang dianggap penyebab kekalahan anaknya sehingga timbul asumsi di hati anak bahwa sebenarnya ia lebih berhak menang.
  7. Memberi iming-iming berupa “umpan” tambahan, apabila ia meraih kemenangan yang diinginkan orang tuanya.
Hal-hal di atas adalah bentuk pendampingan yang dapat merusak mental anak, sehingga anak salah menyikapi sebuah kemenangan dan kekalahan yang dialaminya. Hal ini akan membentuk jiwa yang picik dan sempit dalam menanggapi hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginannya atau keinginan orang tuanya. Apabila berlanjut akan terbentuk nilai-nilai kehidupan yang salah dan sangat merugikan anak serta penyimpangan tingkah laku yang cenderung negatif.

Bentuk-bentuk pendampingan yang selayaknya DILAKUKAN orang tua adalah :
  1. Menanamkan sikap objektif kepada anak, agar dia secara bertahap dapat menilai mana yang baik dan buruk, mana yang benar dan salah. Anak belajar tentang kebenaran dan sanggup mengakuinya, hal ini akan memupuk sikap sportif.
  2. Mendorong anak untuk selalu melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebaik-baiknya dan tidak mengedepankan hasil akhirnya., serta dapat menerima hasil penilaian dari pihak lain secara rasional.
  3. Menanamkan sikap kepada anak bahwa kemenangan dan kekalahan adalah bagian dari suatu kompetisi, tetapi bukanlah segala-galanya. Masa depannya tidak ditentukan dari menang dan kalah yang pernah dialaminya.
  4. Mengajak anak untuk belajar menjadi pribadi yang seimbang dalam menyikapi suatu kemenangan atau kekalahan yang dialaminya, sehingga ia tidak sombong, mau menghargai kemenangan orang lain, bisa menerima kekalahan diri sendiri dengan sikap wajar.
  5. Membiarkan anak bersaing secara sehat, apapun pencapaian yang diperolehnya tanpa ditunggangi oleh gengsi orang tua dengan memberi “umpan” tambahan. Karena anak sudah mendapatkan hadiahnya, dimana dengan dia berkesempatan untuk berkompetisi disitu ia akan lebih banyak berlatih dan kemampuannya menjadi bertambah dan lebih baik. Itulah hadiah yang sebenarnya.
Sebagai orang tua seharusnya adalah pihak yang paling tahu minat, bakat dan kemampuan anaknya masing-masing, termasuk pula kelebihan dan kekurangannya. Oleh sebab itu orang tua sebaiknya mengarahkan anaknya pada bidang-bidang yang sesuai kepada anaknya. Perlu dicermati, bahwa setiap anak sangat jarang yang berprestasi dalam segala bidang secara sekaligus. Pasti ada kelebihan di satu sisi dan kelemahan di sisi yang lain. Berilah anak kesempatan merasakan kemenangan dan kekalahan sejak kecil, karena hal itu akan sangat bermanfaat bagi kehidupannya. Tak masalah di bidang apa ia berkesempatan berkompetisi, baik akademis, seni, olah raga dan lain-lain

Anak-anak yang tak pernah merasakan menang atau kalah cenderung menjadi pribadi yang pasif dan menjalani kehidupannya secara datar-datar saja. Mempunyai sifat pemalu, rasa percaya diri kurang terbentuk, tidak begitu jelas dalam menentukan tujuan yang ingin dicapainya. Memang tidak semua anak mempunyai jiwa berkompetisi, tetapi setidaknya memberi kesempatan sekali atau dua kali di masa kecil atau remajanya akan memberi pengalaman yang sangat berarti.

MENANG bukanlah tujuan akhir, KALAH bukanlah akhir segalanya

Sumber :
edukasi.kompasiana.com/2013/11/08/mendampingi-anak-dalam-memaknai-kekalahan-608331.html
Penulis :
Majawati Oen

KONTRIBUSI BUDAYA DALAM BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI



 Mata kuliah : Ilmu Budaya Dasar



Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi kini sudah semakin pesat, dan kemajuan teknologi secara sadar ataupun tidak sadar telah banyak mengubah pola kehidupan masyarakat. sesuai dengan asumsi dasar dari teori technology deternimism bahwa pola kehidupan masyarakat manusia khususnya aspek interaksi sosial diantara mereka ditentukan oleh perkembangan dan jenis teknologi yang dikuasai masyarakat yang bersangkutan.

Seperti yang telah diramalkan McLuhan juga pada saat awal masuknya dunia pertelevisian di Amerika, yaitu McLuhan menyatakan bahwa nantinya dunia akan menjadi satu “kampung global”, dimana produk budaya akan sama dimana saja.

Kini hal yang pernah diramalkan McLuhan tersebut menjadi kenyataan. Kampung global yang dimaksud McLuhan diatas adalah adanya penyamaan budaya melalui media massa. Seperti kita ketahui dengan adanya TV kabel ataupun TV streaming melalui internet yang bisa diakses oleh semua orang diseleruh dunia ini dapat mempermudah orang dibelahan manapun untuk mengetahui apa yang sedang menjadi topik pembicaraan utama dibelahan dunia yang lain. Dari situ juga tidak menutup kemungkinan akan adanya imitasi kebudayaan oleh seeorang saat menonton acara tv yang bukan disiarkan dari budayanya. Salah satu contohnya dengan adanya tayangan K-pop, dari mulai drama ataupun group musiknya yang kini sedang naik daun seperti boyband dan girlband ini membuat masyarakat yang menonton acara tersebut meskipun bukan orang Korea tapi akhirnya mereka mulai mengikuti gaya atau style ala-ala Korea atau yang kini sering disebut sebagai fenomena Korean wave dan hal itupun terjadi di Indonesia. Bisa kita lihat sekarang dengan menjamurnya jumlah boyband dan girlband yang ada di Indonesia yang mengadopsi style ala Korea. Dari contoh ini kita bisa melihat meski berbeda tempat tetapi dengan adanya media massa membuat ada beberapa penyamaan budaya.

Tiga dekade setelah McLuhan menyatakan ramalannya, Manuel Castells memberikan pendapat yang berbeda, menurutnya: “bukan satu kampung global yang seragam, melainkan masyarakat dalam jaringan global yang saling terhubung, the network society”.Teknologi jaringan (network technology) makin berkembang di penghujung dekade 1990-an dengan perangkat lunak yang memungkinkan komunikasi antara komputer dengan telepon genggam.

Lagi-lagi perubahan teknologi ini juga mempengaruhi pola hidup atau cara hidup manusia sesuai dengan yang dijelaskan teori technologi determinism sebelumnya. Saat ini semua informasi yang ada dari belahan dunia manapun dapat dengan mudah tersebar ke seluruh penjuru dunia dengan adanya network technology. Era digital yang menghubungkan manusia dengan sistem internet ini membuat dunia sempit, karena dengan mudah dan cepatnya suatu informasi tersebar melalui internet. Contohnya media sosial twitter dan facebook yang selalu meng-update segala informasi dalam hitungan menit ini membuat masyarakat akhirnya mulai ketergantungan untuk selalu mengecek account twitter dan facebooknya agar tetap up to date dalam mendapatkan informasi.

Tidak dapat kita pungkiri perubahan teknologi informasi dan komunikasi ini memiliki beberapa dampak terhadap kehidupan masyarakat. Dilihat dari sudut pandang Budaya, perubahan ini memiliki beberapa dampak positif dan juga negatif. Dampak positif dari perkembangan teknologi ini adalah dengan mudahnya penyebaran informasi dari sini kita bisa belajar hal-hal positif dari budaya lain misalnya saja kebiasaan jam karet yang sering dilakukan orang Indonesia, dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat ini kita dapat belajar dari negara-negara maju tentang bagaimana mereka menerapkan etos kerja yang tinggi dan displin yang nantinya dapat perdampak memajukan bangsa kita sendiri.

Selain dampak positif, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga memiliki dampak negatif dari sudut pandang budaya. Dampak negatif itu adalah adanya penurunan rasa cinta terhadap budaya sendiri, misalnya saja banyak masyarakat Indonesia sekarang yang lebih bangga berbicara menggunakan bahasa asing ketimbang menggunakan bahasa Indonesia yang sebenarnya adalah salah satu identitas bangsa. Tak sedikit juga kalangan remaja yang lebih senang belajar budaya asing seperti tarian-tarian break dance, suffle dance, dan jenis tarian asing lainnya dari pada tarian tradisional seperti jaipong dan lain - lain. Tidak hanya itu saja, dengan adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini apabila digunakan dengan tidak bijak juga akan mengakibatkan penurunan moral, karena seperti kita ketahui budaya timur sangat mengedepankan sopan santun dan tata krama, tetapi tidak seperti bangsa barat yang lebih mengutamakan kebebasan, hal itu membuat meningkatnya angka kehamilan yang dilakukan diluar pernikahan dan juga dengan gaya berpakaian yang kebarat-baratan dan terkesan kurang sopan untuk bangsa timur.

Pengaruh perubahan itu juga berdampak pada kehidupan sosial masyarakat. Dampak postif dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini adalah kemudahan kita dalam berkomunikasi dengan kerabat yang jaraknya sangat jauh sekalipun. Dengan adanya network technology membuat kita dapat mengakrabkan diri kembali dengan teman-teman lama, dan juga sanak saudara lainnya. Yang biasa dikenal dengan istilah mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat.
Dengan adanya kemudahan ini tak perlu menunggu waktu yang lama untuk mengetahui kabar atau kejadian apa saja yang sedang dialami oleh saudara atau teman kita yang jauh seperti dahulu, karena harus menggunakan surat yang memerlukan waktu yang lama dalam proses pengirimannya. Tapi kini dengan menggunakan aplikasi chat, email, telephone, dan media sosial kita dapat saling bertukar informasi dalam hitungan detik. Selain itu dampak positif lainnya adalah masyarakat akan lebih mudah untuk menyebarkan kebaikan antar umat manusia, misalnya saja ada sebuah organisasi atau orang tertentu yang mengadakan penggalangan dana untuk biaya operasi seseorang yang kurang mampu melalui internet, melalui media ini seseorang atau organisasi tersebut akan dengan mudah menyebarkan informasinya yang nantinya juga akan mempermudah untuk melakukan pengumpulan donasi kepada orang yang membutuhkan tersebut. Seperti kita ketahui sekarang jaringan internet sudah begitu luas bahkan tidak hanya di daerah perkotaan saja tetapi juga di pedesaan.

Meskipun perubahan teknologi informasi dan komunikasi ini membawa dampak positif kepada masyarakat dalam hal kehidupan sosial, hal ini juga menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi ini adalah semakin menurunnya kepekaan masyarakat terhadap orang-orang yang ada disekitarnya. Tak jarang kita temui sekumpulan orang yang ada di sebuah restaurant berada di meja yang sama tetapi tidak saling berbincang, mereka malah sibuk dengan smartphonenya masing-masing untuk bercengkrama dengan seseorang yang jaraknya lebih jauh dibanding teman atau keluarganya yang sedang berada di dekatnya istilah dari fenomena ini biasanya disebut dengan mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Bisa dibilang generasi muda saat ini adalah generasi menunduk, seperti salah satu ungkapan yang ada di film Republik Twitter, karena setiap orang lebih asik berautis ria dengan smartphonenya dan sibuk mengurusi orang-orang yang maya dibandingkan dengan orang-orang yang benar-benar sedang berada di sekitar mereka.

Hal ini selain menimbulkan dampak buruk dalam berinteraksi interpersonal secara langsung juga merusak psikologis seseorang tersebut, lama kelamaan seseorang akan sulit menjalin komunikasi dan membangun relasi dengan orang-orang disekitarnya. Bila hal tersebut tidak segera ditanggulangi akan menumbulkan dampak yang sangat buruk, yang dimana manusia lama kelamaan akan sangat individualis dan tidak akan ada lagi interaksi ataupun sosialisasi yang dilakukan di dunia nyata.

Oleh karena itu kita harus bijak dalam memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang  ada saat ini. Tidak perlu terlalu takut juga akan dampak-dampak negatif yang akan ditimbulkan, karena banyak juga manfaat-manfaat yang dapat kita petik dari perkembangan teknologi komunikasi ini yang dapat membantu mempermudah kita dalam menjalani aktivitas. Mungkin disini peran pemerintah sangatlah penting, sebagai lembaga yang dapat membuat peraturan yang bertujuan untuk kebaikan masyarakatnya. Selain itu peran orang tua dalam menanamkan pendidikan agama pada anak-anaknya juga termasuk hal yang penting untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma mana yang baik dan tidak baik, agar pemanfaatan teknologi komunikasi itu sendiri lebih tepat.

Sumber :
nurazizahzakiyah.blogspot.com/2013/05/dampak-perkembangan-teknologi.html